Pemilihan Presiden, Ajang Untuk Saling Mencela?

Pemilihan Presiden, Ajang Untuk Saling Mencela?

Pemilihan Presiden di Indonesia adalah salah satu bentuk dari penerapan sistem demokrasi di negara tercinta ini, yang mana pemilihan umum presiden dilakukan setiap 5 tahun sekali. Namun dibalik semua itu ada satu hal yang saya rasa sungguh tidak elok untuk dilakukan.

Hal itu adalah masa dimana setiap orang saling mencela dan menyakiti satu sama lain demi paslon presiden yang mereka dukung. Mengunggulkan kelebihan dan mengumbar aib, tidak sedikit pula yang menyebar hoax demi menciptakan imej yang mereka inginkan.

Semua hal itu membuat saya kecewa sekaligus merasa tidak nyaman, karena segala hal yang berbau buruk akan memberikan efek negatif pada hati dan pikiran kita.

Misalnya saja saat saya membuka facebook pada pagi ini, Januari 2019, tidak sedikit konten yang menyudutkan salah satu paslon calon presiden kita, baik itu dalam bentuk opini maupun candaan seperti dalam bentuk meme.

Tidak cukup dengan itu, adapun komen-komen tanggapan yang menjelekkan paslon yang tidak mereka pilih, dan pada akhirnya saling mencela antar pendukung paslon/secara personal, dengan dibumbui isu sara (agama).

Apakah semua hal ini wajar?,

Jika semua ini kita anggap wajar, berarti ada yang salah pada diri kita ini.

Saya jadi teringat perkataan Khalil Gibran,

"Jika orang lain menghina Anda, Anda mungkin melupakan penghinaan itu; tapi jika Anda menghina orang lain, Anda akan selalu mengingatnya."
Jadi saat kita menghina atau mencela, sebenarnya kita menanamkan hal negatif  (ingatan/rasa) pada diri kita sendiri (hati), secara tidak sadar kita menyakiti hati kita sendiri, mengotori hati. Dengan hati yang kotor, maka pikiranpun juga akan kotor, tidak sejernih mereka yang selalu berfikir positif pada orang lain.

Hal serupa juga dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer,

"Mengapa yang tidak setuju tak dapat mengekang nafsu menghina? Antara kita sendiri, kalau hanya hendak menghina pun tidak semua bisa berdiri sama tinggi. Penghinaan yang bodoh hanya akan memukul diri sendiri.

Padahal kita ini satu bangsa, sama-sama Putra Indonesia, apalagi jika se'Iman (misal sesama Muslim). Sekali lagi adalah hal yang salah jika kita membenarkan untuk mencela atau menghina orang lain dengan alasan apapun itu.

Presiden pertahanan saat ini adalah Bapak Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin, dan saingannya adalah Bapak Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Mereka berempat adalah para Putra Bangsa Indonesia, mereka sama-sama dibesarkan di Tanah Ibu Pertiwi ini.

Mereka sama-sama berusaha berjuang demi Tanah Air ini. Mereka mencari nilai dalam kehidupan mereka untuk Negeri ini. Mereka ingin menjadi Pemimpin Terbaik untuk kita. Mereka ingin menjadikan Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang.

Mereka semua memiliki keinginan yang sama-sama mulia, untuk itu janganlah keinginan mulia ini didasari dan dikotori dengan rasa saling menjatuhkan dan saling mencela.

Pertama kita akan menyinggung sedikit tentang Pak Jokowi. Pak Jokowi adalah presiden pertahanan untuk pemilu yang akan datang, dan menjadi pertahanan itu susah sob.

Untuk mendapatkan sesuatu dikehidupan kita ini boleh jadi itu susah, namun untuk mempertahankan sesuatu itu jauh lebih susah.

Misalnya adalah tentang rupiah, telah kita tahu bahwa rupiah telah menembus 14 ribu. Bagi orang awam pasti mereka menganggap itu salah presiden, apalagi bagi orang dipedesaan yang kebanyakan tidak tahu menau tentang hal semacam ini.

Yang mereka tahu dan lakukan adalah menjalani keseharian mereka diladang/disawah. Meskipun demikian, satu hal yang pasti mereka merasakan dampaknya, seperti bahan pokok semakin mahal, subsidi yang dikurangi, jadi ya BBM jadi mahal dan bayar listrik pun juga mahal.

Namun sobat perlu tahu jika semua itu bukan sepenuhnya salah presiden, karena pada dasarnya Indonesia hanya mengikuti arus pada sistem dunia. Tidak hanya indonesia namun juga banyak negara di Asia juga merasakannya.

Untuk membuka pandangan sobat, sobat pasti tertarik untuk menonton vidio dari Astronacci International ini, salah satu vidio yang menjelaskan kenapa nilai rupiah bisa semakin melemah dimata dolar US.


Namun secara pribadi saya juga ada pro-kontra terhadap keputusan Bapak Jokowi tentang hutang negara yang terus bertambah. Kenapa kita harus berhutang lagi Pak?,

Karena bagi saya berhutang itu seperti kita ingin berdiri tapi tidak dengan kaki sendiri. Okelah, mungkin berhutang itu boleh, namun jadikanlah itu pilihan terakhir.

Jangan jadikan budaya berhutang dijadikan alasan agar bisa berjalan lebih cepat dari normalnya, jangan sampai juga kita kehilangan aset negara ketika tujuan tidak sesuai dengan espektasi kita.

Memang budaya berhutang sudah ada sejak orde baru, sejak Indonesia diwarisi utang oleh pemerintahan Hindia-Belanda sebagai salah satu satu kesepakatan dalam KMB, atau bisa kita bilang sebagai syarat kemerdekaan.

Namun jangan jadikan hutang negara kita ini semakin betambah besar, jangan sampai kita jatuh seperti Negara Yunani akibat terlilit hutang yang tidak bisa dibayar oleh Negara.

Meskipun begitu, saya masih optimis jika pembangunan Infrasruktur di Era Pak Jokowi akan memberikan andil besar bagi Era pemerintahan dimasa mendatang.

Jadi entah Bapak Jokowi atau Bapak Prabowo yang akan menjadi presiden dimasa mendatang, tidak akan bisa dipungkiri bahwa pekerjaan Pemerintahan Bapak Jokowi akan mengambi andil besar terhadap pemerintahan dimasa mendatang.

Negara maritim yang masih ada kesenjangan Infrastruktur seperti di pedalaman Papua, mulai diperbaiki dengan baik. Keadilan akan rasanya kemerdekaan yang mereka belum rasakan mulai dirasakan. Semoga dimasa mendatang Indonesia bisa menjadi lebih baik.

Oh ya untuk masalah hutang negara saya menemukan artikel "Kebiasaan mewariskan utang sejak Soekarno", mungkin itu bisa menjadi gambaran akan kondisi keuangan (sejarah utang) negara kita.

Kembali tentang Paslon Presiden,

Intinya sih saya ingin mengatakan bahwa janganlah kita saling mencela karena pemilu presiden di tahun 2019 ini. Janganlah kita menghina dan berprasangka buruk akan kerja keras dari pemerintahan sebelumnya.

Mungkin pemerintahan sebelumnya tidak sesuai dengan ekspektasi kita, tapi jangan jadikan itu alasan untuk boleh mencela. Saya ingat perkataan Bapak Jokowi,

"Belum tentu pemerintah ini betul, belum tentu pemerintah juga bener. Kalau ada yang salah, tentu mengingatkan dengan kritik."

Kita boleh mengkritik pemerintahan, kritik yang membangun bukan kritik yang merendahkan pihak lain. Kritik itu harus berbasis data, kritik itu untuk mencari solusi dan kebijakan yang lebih baik.

Tidaklah kita menggunaan cemoohan dan saling menghujat, tidak pula ada berita bohong dan ujaran kebencian. Karena kita harus tahu jika perbedaan pendapat itu biasa.

Hal yang sama juga dikatakan dalam ajaran Islam,

"Sesungguhnya orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain itu bagaikan satu bangunan, yang saling menguatkan satu sama lain." (HR. Bukhari no. 481 dan Muslim no. 2585).

"Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar (yang buruk)." (QS. Al-Hujuraat [49]: 11)

Jangan hanya karena berbeda pandangan atau pilihan "politiknya" kita menghina saudara kita dengan sebutan jelek seperti cebong dan (maaf) kampret. Mungkin sobat perlu membaca artikel Saudaraku, Sampai Kapan Kita saling Mencela dan Mengolok-olok? (muslim.or.id).

Jujur saya jarang melihat TV, dan sekali melihat TV eh ada diskusi antar pengamat politik. Bukannya menyejukkan hati malah isinya memberikan pikiran negatif kepada saya.

Tidak bisakah kita fokus terhadap kebaikan setiap paslon saja?, boleh saja mengkritik tetapi mengkritik untuk membangun bukan untuk saling merendahkan dan menjatuhkan.

Apalagi soal Debat Pilpres, saya harap teknis debat bisa seperti dinegara lain, dimana paslon tidak mengumbar keunggulan masing-masing. Jadi ya saat ada pertanyaan dilempar, kemudian mereka menjawab, akan terjadi debat tesis antitesis.

Dan jangan pula memberikan kisi-kisi debat. Jadi paslon tidak terjebak dengan jawaban yang sudah disiapkan, apalagi terkesan seperti membaca contekan.

Mungkin itu saja yang ingin saya curhatkan, semoga Pilpres yang akan mendatang dan 5 tahun dimasa mendatang bisa lebih baik dan semakin baik. Tetap semangat, saling menyayangi dan jangan lupa saling menghargai dan memaafkan.

No comments:

Post a Comment