Hidup Untuk Mencari Uang, Apakah Benar Begitu?

Hidup untuk mencari Uang

Kehidupan adalah sesuatu yang harus kita syukuri, karena padanya kita akan bisa belajar dan mengetahui apa hakekat sebenarnya dari hidup kita sebagai manusia.

Namun, semua orang memiliki dunianya sendiri, wajar jika pola pikir setiap orang pun berbeda antara satu dengan yang lainnya. Salah satunya adalah pola pikir tentang bagaimana memaknai arti dari uang (Hidup untuk mencari uang?).

Uang dan Kebahagiaan

Paradigma yang mengatakan  bahwa bersekolah untuk mencari kerja dan belajar demi mendapatkan uang, itulah yang sering kita dengar.

Namun apakah sudah benar hidup ini untuk mencari uang?, hidup yang berfokus untuk mencari kerja terbaik dan menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, berharap hidupnya akan bahagia dengan uang yang didapatnya.

Namun sayangnya fakta mengatakan yang sebaliknya, sering kita menjumpai orang kaya juga mempunyai banyak masalah, alhasil merekapun berakhir dengan tidak bahagia.

Taukah kenapa bisa begitu?,

Pertama, Setiap hari manusia akan selalu berhadapan dengan masalah, entah itu orang kaya yang banyak uang atau orang miskin.

Jadi alangkah lebih bijaknya jika kita menganggap masalah sebagai sahabat kita, sahabat yang membuat kita berkembang dan menjadi lebih hidup (lebih baik).

Menganggap masalah sebagai kondisi yang dinanti-nanti, menjadikannya sebuah tantangan dalam keseharian kita agar menjadi menarik dan tidak membosankan.

Kedua, banyaknya uang bukan tolak ukur besarnya kebahagiaan kita.

Pernahkah kita membandingkan anak pengamen yang tertawa riang bersama teman-temannya dipinggir jalan, dengan orang berdasi yang setiap hari sibuk bekerja di kursinya yang nyaman hingga sulit untuk mempunyai waktu luang dengan istri dan anak-anaknya.

Pertanyaannya, apa sebenarnya indikator dari bahagia itu?, warna bahagia dengan senyum yang tulus dari raut wajah kita.

Dan ternyata jawabannya sederhana, yaitu "seberasa besar kita bersyukur". Jadi kita sebenarnya bisa memilih untuk bahagia kapan dan dimana saja, dan dalam situasi apapun.

Kita hanya perlu mencari kebaikan (kebahagiaan) disetiap kondisi kita, bahkan jika kita yang menjadi pekerja kantor itu, maupun menjadi anak pengamen yang sedang mencari sesuap nasi itu.

Uang dan Pekerjaan

Saya juga pernah menjumpai sebuah cerita dimana ada seseorang yang menanyakan arti pekerjaan kepada temannya,

"Kenapa kamu bekerja?",

Dengan spontan temannya pun menjawab, "Tentu saja untuk mencari uang".

Kemudian, dia menanyakan lagi kepada orang lain, seorang penjual Nasi, "Kenapa ibu bersusah payah dan jauh-jauh berjualan nasi ke tempat pembangunan ini".

Nenek Penjual Nasi (Hidup untuk mencari Uang)

Ibu itu bilang, "Sebenarnya saya tidak hanya menjual nasi nak, tapi ibu juga membantu para pekerja, dengan ibu menjual nasi disini para pekerja tidak susah payah ke rumah makan yang jaraknya juga jauh dari sini, dan mereka pun bisa lebih hemat dengan makanan ibu, meskipun ibu hanya akan mendapat untung sedikit".

*meskipun ceritanya tidak persis, intinya saya rasa sudah sama.

Ibu itu memiliki pandangan yang menarik tentang apa arti sebuah pekerjaan, dimana pekerjaan tidak hanya untuk mencari uang, uang, dan uang.

Ibu itu mengajarkan kita bahwa pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang memberi kebaikan (manfaat) bagi orang disekitarmu, karena hakekat dari bekerja adalah beribadah (melakukan kebaikan).

"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At-Taubah:105)

Dan jangan sampai kita menjadikan uang yang utama, bahkan menuhankan uang. Uang menjadi tuhan, dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.

Uang dan Gaya Hidup

Ketika kita berbicara tentang uang, kita juga akan berbicara tentang gaya hidup.

Gaya hidup adalah salah satu kunci kenapa kamu selalu merasa kurang dan kurang, merasa masih perlu bekerja lebih keras untuk mencari uang sebanyak-banyaknya.

Menurut Wikipedia, "Gaya Hidup (Bahasa Inggris: lifestyle) adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah bergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya.

Gaya hidup bisa dilihat dari cara berpakaian, kebiasaan, dan lain-lain. Gaya hidup bisa dinilai relatif tergantung penilaian dari orang lain. Gaya hidup juga bisa dijadikan contoh dan juga bisa dijadikan hal tabu".

Kalau bagi saya, Gaya hidup itu adalah standartisasi apa yang harus kita lakukan dan miliki.

Setiap orang selalu memiliki keinginan, bahkan jika itu adalah orang terkaya didunia, intinya manusia tidak mempunyai kepuasan dalam hatinya. Hingga jika memungkinkan dunia ini ingin dia genggam.

Jadi jangan menuruti gaya hidup yang berlebihan, karena tuhan menitipkan harta kepada kita bukan untuk menuruti gaya hidup kita, karena diharta kita ada harta saudara-saudara kita.

Manfaatkan kepercayaan Tuhanmu yang telah menitipkan harta yang lebih padamu.

Jadi kalau ditanya,

Hidup untuk mencari Uang, Sudah Benarkah?

Bisa dibilang benar tapi kurang tepat. Bagi saya, kita diberi kesempatan hidup untuk untuk melakukan kebaikan (beribah), dan untuk itu kita bisa menggunakan uang sebagai sarananya.

Kita mencari uang untuk bisa melakukan kebaikan, termasuk kebaikan terhadap diri sendiri. Tetapi tidak menjadikan uang sebagai tujuan utama hidup ini.

Kita hanya perlu berusaha mencari uang, tapi tidak melihat dari nominalnya tetapi dari bagaimana kamu mengguankannya demi kebaikan dirimu dan orang lain, juga demi Tuhanmu.

Jangan sampai kita tejebak dengan paradigma yang menuntuntun kita kejalan yang salah, seperti menuhankan Uang. Membuat uang sebagai kunci utama untuk mendapatkan segala-galanya.

Baca Juga: Pekerjaan Terbaik Untuk Kamu Yang Sedang Mencari Pekerjaan

Saya akui, "di era saat ini segalanya boleh butuh uang, tetapi uang bukan segalanya. Jangan sampai kita diperbudak oleh Uang, hingga menjadi penjara yang tak terlihat untuk kita."

Jadi bekerjalah kita untuk kebaikan, dan yang lebih penting carilah pekerjaan yang kamu sukai dan bermakna (bermanfaat) bagi orang lain.

Kalau menurut sobat bagaimana?.

Sumber gambar: uangonline.com, tribunnews.com

2 comments:

  1. Komen ah..

    Ane kerja bukan untuk nyari uang, tapi untuk nyari rejeki, Gan. Uang termasuk rejeki juga sih, asal bukan uang panas. Hhe..

    Tapi secara umum kan, tujuan hidup adalah untuk ibadah. Kerja salah satu bentuk ibadah, asal halal dan niatnya bener.

    Rejeki gak akan kemana (gak bakal salah sasaran). Asal kerjanya lurus, rejeki (termasuk uang) pasti datang. Entah dari hasil kerjaan, atau dari arah yang gak disangka. Uangnya pun berkah, hidup pasti bahagia.

    Kalau kerjaannya korupsi, uang yang dihasilkan gak berkah, itu bukan termasuk rejeki. Hidupnya dijamin sengsara.

    Setau ane, udah paten hukum langit begitu.

    Uang juga pada dasarnya merupakan sarana. Kalau dipake untuk memenuhi kebutuhan, entah menghidupi diri atau menyenangkan orang lain, maka bisa dinilai ibadah. Tapi kalau dipake untuk ngedrug misalnya, yaudah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menanggapi komen ah..

      Benar sekali gan, saya sepertinya juga sependapat. Jadi lebih tepatnya mencari rejeki, dan rejeki itu bisa dalam bentuk uang. Dan kesehatan saya kira juga bisa di katakan sebagai sebuah rejeki karena jika dinominalkan kesehatan itu sangat mahal harganya.

      Jadi konklusinya hidup itu untuk menjadi rejeki dan beserta keberkahannya. Seperti kata agan "Uang yang dihasilkan gak berkah, itu bukan termasuk rejeki. Hidupnya dijamin sengsara (setidaknya pasti ada karma dimasa depan)".

      Delete