Pengalaman Perpanjang SIM di Kabupaten Nganjuk

Pengalaman Perpanjang SIM di Kabupaten Nganjuk

Sebagai pengendara serta warga negara yang baik, memiliki SIM adalah salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Jadi jangan sampai kita lupa untuk memperpanjang SIM sebelum melewati jatuh temponya.

Nah kali ini saya ingin membahas pengalaman perpanjang SIM di Polres Nganjuk, ini mungkin bisa menjadi informasi yang bermanfaat bagi sobat yang baru pertama kalinya, sekaligus sebagai curahan hati saya saat memperpanjang SIM di Polres Nganjuk.

Sebelum itu ada baiknya sobat untuk tahu juga jika perpanjang SIM juga bisa dilakukan melalui Pelayanan SIM Keliling, yang setahu saya bertepat di Alun-alun Nganjuk pada Hari Minggu Pagi.

Sebenarnya pembuatan konten ini terinspirasi dari setelah saya mengantarkan seseorang untuk memperpanjang SIM di Polres. Nah karena beliau agak kurang teliti saat mengisi blanko peserta perpanjangan SIM jadi saya diminta untuk mengisinya.

Kamis, 20 Desember 2018 itulah tanggal kami berangkat ke Polres Nganjuk, untuk jatuh temponya sebenarnya tanggal 31 Maret 2018, jadi bisa dikatakan 14 hari (2 minggu) sebelum jatuh tempo.

Sedangkan dulu saat saya memperpanjang SIM ditahun 2017 seingat saya saya disuruh pulang membawa berkas saya kembali dan disuruh kembali di 7 hari sebelum jatuh tempo, tapi itu seingat saya, jadi tolong di ralat jika saya salah.

Untuk syarat yang perlu dibawa dari rumah cuma 3:

1. KTP
2. SIM
3. Uang

Selanjutnya tiba di Polres dan motor diparkirkan, dengan biaya parkir 2 ribu kalau gak ya 3 ribu, agak lupa sob, tapi ya sekitar itulah. Bayarnya saat pengambilan montor jadi awal cuma dikasih nomer.

LANGKAH PERPANJANG SIM

Pertama,

Setelah memparkir kendaraan, langsung saja ke tempat fotokopi, depannya parkiran. Kamu bilang saja mau memperpanjang SIM jadi entar kamu diminta i KTP dan SIM untuk segera di fotokopi.

Dengan beberapa lembar fotokopi (sekitar 3 lembar tiap SIM dan KTP), Map, dan Tempat Sim, maka biaya yang kamu harus kita keluarin adalah 15.000.

Sebenarnya saya bingung kenapa harus dikasih tempat SIM ?, padahal menurut saya itu tidak terlalu penting/wajib.

Saya bisa katakan tidak penting, karena memang biasanya SIM kita tempatkan di dompet kita, bukankah begitu. Dan dengan beberapa berkas itu biaya menjadi membengkak sampai 15 ribu. Kalo sobat mau sedikit repot mentotal dengan harga umum pasti tidak sampek segitu deh biayanya.

Kedua,

Setelah ke tempat fotokopi kita selanjutnya ke tempat Tes Kesehatan. Disana pertamanya kita ngumpulin/meletakkan map kita ditempat antrian, kemudian kita tinggal menunggu panggilan. Dan biaya yang dikeluarin sekarang adalah 25.000. Padahal tahun kemaren 2017 dan saat pembuatan SIM 2012 tes kesehatan hanya 15 ribu.

Nah untuk memperpanjang SIM kita hanya perlu Tes Kesehatan tidak perlu masuk ke Ruang Foto disebelah ruang Tes Kesehatan. Jadi dulu saat pembuatan SIM saya masuk ke kedua ruangan itu dengan biaya 15 ribu untuk Tes Kesehatan dan 15 ribu untuk Foto.

Sebenarnya jika sobat ingin hemat, sobat juga bisa membawa tes hasil kesehatan dari Puskesmas, yang tentunya lebih murah bahkan gratis. Demikian dengan Foto saat pembuatan SIM juga bisa dilakukan ditempat lain.

Namun memang lebih simpel jika semua dilakukan di Polres saja, tapi ya gitu, beda harga. Seperti halnya penjual polpen yang menarif i harga polpen lebih mahal ditempat tertentu daripada di toko alat tulis biasa.

Dan itu mungkin juga berlaku pada poin pertama, saat fotokopi SIM dan KTP beserta satu Mapnya gak akan sampe 15 ribu.

Ketiga,

Langsung masuk ke ruang antri di dalam Polres. Nah disini kita sebelum masuk diminta menunjukkan SIM dan KTP. Kemudian diberi Kartu seperti Kalung untuk bisa masuk ke ruangan.

Jadi saat ini masuk keruangan Antri (Baca: Adminitrasi) hanya untuk yang berkepentingan saja. Untuk kamu yang mengantar orang lain tidak akan bisa masuk.

Nah padahal saya disini untuk membantu menuliskan Blanko pendaftaran. Jadi ya saya disuruh tunggu diluar saja katanya biar petugas saja yang membantu mengisinya.

Saya juga ada kejadian, dimana ada orang tua yang keluar ruangan untuk sekedar menyuruh pengantarnya untuk mengisi data, karena memang beliau sudah Tua (baca: mata kurang jelas katanya dan gak bawa kacamata). * terus tes kesehatan matanya gimana ya, pertanyaan dibenak saya

Dan untuk beliau yang saya antar katanya suruh bolak balik karena data yang di isi kurang lengkap. Ya maklum lah orang tua di desa, bahkan nomer HP pun tidak  punya. Namun syukurnya ada orang yang membantunya didalam ruangan.

Untuk bianya SIM C hanya 75 ribu. Sepertinya memang belum berubah dari dulu. Nah untuk didalam saya tidak tau gimana prosesnya. Namun saya kira seperti dulu. Mengisi blanko, mengumpulkan blanko, nunggu dipanggil dan bayar, kemudian masuk ruang poto di dalam, kurang lebih begitu.

SAAT MENUNGGU DI LUAR

Karena tidak boleh masuk ke ruangan saya disuruh menunggu diluar, atau lebih spesifiknya ke tempat antrian timurnya Tes Praktek Mengemudi. Namun saya dan beberapa orang memilih lesehan duduk dengan sandal sebagai alasnya.

Sambil duduk kita melihat orang-orang yang sedang praktek mengemudi. Yang ikut praktek lumayan banyak, dari yang usia Muda sampai Tua.

Nah saat itu saya kasihan kepada yang usianya sudah Lanjut Usia. Kasian karena tesnya gagal, yang saya liat memang kurang menguasai jalur tes.

Sekarang Tes Prakteknya kalau menurut saya lebih susah. Ada jalur panjang yang harus dilalui, seperti tikungan, jalur zig zag dan terakhir melewati Simbol Angka 8 sampai 3 kali. Sedangkan kendarannnya ada 2, yaitu montor wedok dan metik.

Beda seperti dulu, kita bisa memakai montor sendiri, saat itu saya memakai montor saya sendiri, yang tentunya berbeda saat kita memakai montor yang sering kita pakai sehari-hari.

Dan dari segi jenispun memang beda rasanya, misal saat kita dipanggil untuk Tes Prakterk ada 2 jenis montor dan kita kebagian yang montor metik. Nah jujur tarikan saat melewati angka 8 itu beda, saat kita mengegas montor metik pasti ada jeda, beda dengan montor yang bergigi.

Sedangkan untuk lokasinya dulu ada 2, yang barat itu untuk latihan dan yang di Tenggara deket Pos untuk Tes. Jadi kita bisa berlatih terus nah kalau sudah puas kita bisa langsung ke petugas dan melakukan tes Praktek. Dan ralat jika saya salah, kita boleh mengulangi jika gagal sebanyak 3 kali pada hari itu.

Sedangkan untuk sekarang, kesempatan yang didapat setiap peserta hanya 1 kali pada hari yang sama, misal dalam melewati jalur angka 8 kita menyentuh/menjatuhan pembatas jalan ya itu sudah dianggap gagal dan tidak perlu melanjutkanya lagi. Biasanya akan disuruh balik satu minggu kemudian.

Dan saat saya meliat orang tua itu saat melakukan tes praktek, yang saya lihat memang kurang Tegen kayak tangannya bergetar gitu. Dari situ kemudian saya mulai berfikir tentang beberapa hal,

1. Apakah memang ada jalan yang seperti itu, jalan yang berbentuk zig zag atau jalan yang membentuk angka 8, hingga kita harus tes semacam itu?

2. Apakah hanya orang lanjut usia yang baru mencari sim yang harus melakukan praktek mengemudi, bagaimana orang tua yang memperpanjang kartu SIM?

Faktanya orang yang sudah punya atau memperpanjang SIM dianggap sudah bisa Tes Praktek. Dan juga sudah rahasia umum ada banyak orang dulu yang membut SIM dengan cara Nembak, bahkan untuk cewek usia muda yang tidak mau ribet dengan pembuatan SIM juga melakukan hal yang sama.

Namun, meskipun saya merasa ada yang tidak adil tapi saya tetap optimis karena mengingat satu kata dari kenalan dulu, kata itu adalah  "Tes 3 kali pasti lolos", jadi meskipun kita gagal dan mengulangiya lagi 1 minggu kemudian pada akhirnya kita akan lolos juga.

Semoga hal itu juga berlaku sekarang, meskipun dulu saya berhasil uji praktek mengemudi dalam satu kali, jadi faktanya saya juga tidak tau dengan kebenaran kata-kata itu.

Mungkin itu saja yang dapat saya ceritakan, namun sebelumnya saya minta maaf jika mungkin ada kesalahan dalam ingatan saya, sehingga ada hal yag kurang tepat dalam ulasan pengalaman saya diatas. Nah kalau sobat punya cerita, pertanyaan atau penambahan, sobat bisa menulisnya dikolam komentar.

Sumber gambar : jatim.tribunnews.com

2 comments:

  1. You could certainly see your enthusiasm in the article you write.
    The sector hopes for even more passionate writers like you who aren't afraid to mention how they believe.

    All the time go after your heart.

    ReplyDelete